Review Film: Pesantren

Review film: Pesantren menampilkan adalah bagaimana sebuah institusi pesantren justru memiliki nilai-nilai kesetaraan gender yang begitu nyata. (dok. Lola Amaria Productions/Negeri Films)

ARAHBARU — Jika saya ditanya soal film pesantren apa saja yang saya ingat, kemungkinan jawabannya akan sangat terbatas dan hanya terbayang kisah perjuangan seorang anak dipesantren untuk menggapai mimpi atau bahkan tentang narasi cinta sepasang muda-mudi di pesantren.

Tetapi film dokumenter Pesantren (2022) yang dibuat oleh Shalahuddin Siregar ini mungkin berbeda, lebih menonjol dan mungkin akan menjadi top of my mind dalam dunia film tentang pesantren.

Sebagai orang yang pernah menyelami kehidupan itu walau cuma sesaat. Film dokumenter ini masih mengilustrasikan kehidupan tradisional pesantren, dan tentunya ilustrasi kehidupan pesantren di film ini menjadi sesuatu yang sangat relate bagi saya.

Misalnya saja, tidur bersarung dan beralas ubin, menggosok pakaian sendiri, pusing dan sibuk mengangkat jemuran jelang hujan, mengantuk dan tertidur saat hafalan, setumpuk kitab yang harus dibaca, hingga makan bersama dengan alas nampan.

Namun hal yang tidak saya alami sekaligus menjadi yang paling menarik dalam film ini adalah bagaimana sebuah institusi pesantren justru memiliki nilai-nilai kesetaraan gender yang begitu nyata.

Spread the love

BACA JUGA :  Raissa Meriahkan Pensi Smanda Kota Cirebon Dengan Tampilan yang Memukau

Mungkin Anda juga menyukai